Langsung ke konten utama

Firasat Yang Membuatku Mengingat Apa Itu Arti Dari Kebahagiaan

Entah mengapa sekarang aku selalu dilanda kesepian dan kehampaan. Ini adalah pemikiranku yg sering kulupakan. 
Berarti sebenarnya tidak seburuk itu,  

Disaat aku selesai menatap diriku melalui cermin, seketika aku memikirkan tentang bagaimana jika orang lain berada diposisinya. 
Tentu saja aku langsung membayangkan bagaimana tampang dari seseorang yang sudah kuanggap sebagai........., biasanya ketika aku membayangkan orang lain apabila berada diposisiku, aku akan memilihnya secara acak, yangg pasti teman teman terdekatku, tetapi entah mengapa yang muncul dibayanganku langsung muncul sosok dia, 
Tak biasanya aku membayangkan hal yang spesifik tentang siapa orangnya. Biasanya bayanganku adalah tokoh fiksi yangg kubuat maupun yg org lain buat. 

Setelah terheran karna diriku sendiri, aku mulai mempertanyakan. Kenapa bisa dia yg muncul, apakah dia muncul karna ada kaitanya dengan kondisiku yg sekarang? 
Ya sepertinya begitu, walau tak sepenuhnya benar, yang terpenting buatku adalah mungkin sebagian dirinya sedang mengalami hal yang sulit seperti yg sedang kurasakan sekarang, jadi kami sama sama menderita kesepian, sisanya berbeda, seperti aku yang tak butuh hiburan sedangkan dia butuh teman untuk sekedar mengobrol. 

Mengetahui bahwa sepertinya dia mengalami hal yang sama, aku kembali mengingat momen ku saat bersamanya belum lama ini, bulan lalu? Sepertinya. 
Secara tersirat sebenarnya hubungan kami hanyalah berasal dari sekolah yang sama, tetapi sebenarnya bisa dikatan lebih dari itu, hanya saja diriku maupun dirinya tidak sadar bahwa hubungan kami lebih dalam dari itu.

Kami basa basi seperti biasa layaknya kawan yang sudah lama tak bertemu, lalu kamipun berdiskusi lebih dalam tanpa ada yang menyadarinya, sudah lama juga aku tidak mengorbol secara lepas, karna sebelumnya aku selalu memendam perasaan yang telah kualami. Tapi hari ini sepertinya beban akan terus berkurang seiring kami saling berbicara dan bercanda. 
Aku sebenarnya tak terlalu mengharapkan bahwa dia mendengar secara keseluruhan cerita yang aku sampaikan, kalaupun keluh kesahku diabaikan olehnya aku tidak merasa terganggu, mau didengarkan atau hanya iya iya saja, aku tak mempermasalahkan hal itu, karna yang aku butuhkan sekarang hanyalah mengeluarkan isi hati ku yg sudah menumpuk, aku membuang semua keluh kesahku kepadanya

Cuman butuh teman yangg mau mendengar curhatanku, mau dia merespon, menasehatiku, atau mengabaikanku, aku sama sekali keberatan. 
Sungguh aneh memang, bahwasanya aku adalah tipe orang yang menghargai masalah org lain, dan ingin orang lain mendengarkanku secara secara rinci apapu yg kukatakan. 
Jdi, biasanya aku akan marah dan menegur lawan bicaraku agar bisa fokus ke cerita yang ingin aku sampaikan. 
Tetapi pengecualian untuk hari ini, mau seberapapun dia membuat ku kesal, ketika dia mengabaikanku saat bercerita, aku tak bisa menegurnya dan memaklumi hal tersebut. 

Mungkin alasanya hanya karna aku ingin buang sampah, karna sudah menumpuk dan perlu membuangnya, maka tak penting lagi mau didengarkan atau tidak, 
Karna kita tak bisa buang sampah kepada sendiri. Ada yang paham maksudnya? 

Ketika kami bergantian untuk saling berbicara mengenai masalah, dia lebih banyak diam daripada ku, apakah hanya kebetulan. Normalnya adalah 50:50,ketika orang mengobrol berdua, apalagi konteksnya teman dekat yang sudah lama, tapi sepertinya dia masih memiliki keraguan untuk mengungkapkanya. Atau memang enggan untuk diceritakan kepada orang lain, atau dua dua nya? 
Aku sedikit terluka karnanya, karna aku sudah mencurahkan(menceritakan privasiku) segalanya ke dia, tetapi dia masih waspada terhadapku dan seakan tidak mempercayaiku. 
Woy, bukanya tidak fair, tak adil, aku sudah jujur lho masa kau engga. 
Seakan dia tidak mempercayaiku, sedikit sakit rasanya. 
Tetapi sakit itu hilang karna setelahnya aku mulai berbicara mengenai betapa lemahnya diriku dihadapanya, padahal aku sudah merendah tapi kok dia masih gk percaya? 

Well, aku memakluminya karna memang sebenarnya ini hanya ada didalam kepalaku saja. 
Aku berpendapat bahwa aku memiliki hubungan yang spesial denganya, dan dia juga mempunyai hubungan yang spesial denganku sehingga mempercayaiku, tapi sepertinya yang sebenarnya terjadi adalah hanya point pertama saja. 

Meskipun sakit, tapi karna dia adalah orang yang spesial bagiku maka aku tak bisa membalas sakitnya, malahan aku mengabaikan sakitnya, juga malah menyangkal kalau aku tak merasa sakit, meskipun tetap sakit juga walau hanya sedikit. 

Ketika aku bercerita, dia sama sekali tidak memotong ucapanku .seolah dia paham
Tapi ketika dia mulia bercerita, aku banyak melakukan instrupsi untuk mengkonfirmasi tentang yang diucapkanya. Karna sudah lama tidak berketemu, pasti butuh penyesuaian lagi dalam bercerita dan mendengarkan cerita, entah basaha, kata, kalimat, gestur dan sebagainya

Ini berarti hanya aku saja yang serius mendengarkan cerita dia secara mendetail, dan ketika tadi aku bercerita dia sama sekali tdk komentar dan seperti iyain aja deh, 
Jadi dari awal dia hanya memanfaatkaku dengan menggali informasi yang ada dalam diriku ,dan mengambilnya, tanpa dia memberi informasi mengenai dirinya kepadaku. Sunggu ini tidak adil, tetapi lagi lagi kenapa aku tidak bisa membencinya? 

Sepertinya dia memang benar benar memanfaatkan kebaikanku tanpa ingin membayarnya. Sial
Bukan mutualisme tapi parasitisme. 

Dan juga melihat mata dan ekspresinya, dia seperti memaksakan dirinya dan berkata kepadaku bahwa dia baik2 saja, padahal aku melihatnya lho, ketidaknyamanan mu terlihat oleh ku, 
Yah karna aku tidak mau memaksa dia untuk berbuat jujur akan hal itu, itu cukup menggangguku, tetapi aku lebih memilih mengalah dan memaksaku untuk menikmati gangguan tersebut. Ini benar benar tidak fair, dan lagi lagi aku tak keberatan dan tidak memikirkanya. 

Dengan perasaan kecewa, aku tetap berbohong dan menampilkan sosoku yang tegar dihadapanya, melanjutkan pembicaraan kami yg membahas tentang diriku, lalu aku bertanya kepada dirinya
Bagaimana dengan mu? 

Tuhan. 
Dari perkataanya diawal, dia sungguh terlihat tak nyaman dan mulai terbata bata dengan ucapanya. 
Aku berpikir sejenak, apakah karna dia sudah takk
 pernah mengobrol dengan orang secara tatap muka?, makanya skill bicaranya seolah hilang, atau emang sebenarnya dia tak mau cerita tapi aku memaksanya untuk bercerita, tapi karna aku sudah terlanjur memaksa dia bercerita, maka akan kulanjutkan sampai akhir. 

Mungkin karna kami sudah jarang mengobrol, jadi dia seperti kehilangan arah dari tujuan yg ingin ia capai. Sebagai informasi bahwa dulu aku sering membantunya, menasehatinya dan membimbingnya, tapi karna jalan kami berbeda, aku mulai jarang menasehtinya lagi, apakah begitu? Jikalau kita dijalan yang sama dan berada disisinya, sepertinya masalah yg dia hadapi akan segera terselesaikan dengan nasehat yang kuberikan. 
Karna sebenarnya masalah dia hanyanya masalah remeh yg sering kau temui dikehidupan berkelompok dan bermsyarakat. 

Masa gitu doang dipikirin. Masa gitu doang lu gk tau jawabanya. Masa gitu doang lu terganggu dan goyah. Masa gitu doang lu pikirin, bukankah seharusnya dia sudah berada dilevel yg lebih tinggi? 
Atau mumgkin karna perkembangan dan perubahan ku yg pesat sehingga dia tertinggal jauh dari diriku? 

Ternyata yang kedua adalah yg paling memungkinkan terjadi pada kasus ini, tapi tentunya belum pasti, hanya tebakanku saja, mengingat patnernya sekarang sama sama memiliki krisis identitas, jadi keduanya tidak bisa berkembang, 
Disatu sisi aku menganggap aku keren dan dia sudah kulewati kehebatanya(aku lebih baik dari dirinya) dan mengolok oloknya. 
Di satu sisi aku bersedih karna aku takk bisa berada disisinya untuk mendukung perubahanya agar lebih baik. 

Dari wajahnya terlihat jelas kalo dia sebenernya tidak mau cerita tapi hanya mau mendengarkan ceritaku. Itulah sebabnya dia memilih membicarakan hal hal yang remeh. Bukan karna dia tak punya masalah besar, tapi karna dia ingin menghargaiku dengan bercerita, gara gara gak enakan kepadaku, makanya dia mencari topik asal asal an, bukan karna dia mau cerita, tapi karna aku yang memaksanya untuk bercerita, 

Dasar aku, 
Meskipun aku tau topik yg dia berikan adalah asal asalan tapi aku malah sampai mengomentarinya sampai bahkan merendahkanya, dan merasa aku yg lebih keren dibandingkan dirinya, aku sudah berubah jadi lebih baik sedangkan dia belum. 

Dia benar benar mempermainkanku. 

Sampai kapan aku mau ditipu olehmu woy, 
Tapi anehnya, aku membiarkan diriku ditipu tanpa melawan, 
Padahal jelas jelas aku berada di posisi yanhg dirugikan, tapi aku tak membantahnya. 
Orang yang spesial ternyata memang semengerikan itu. 
Aku sampai membuat diriku menari di atas telapak tanganya tanpa bisa melawan, aku sampai dibuat tak bisa apa apa selain memenuhi keinginanya tanpa dia mau memenuhi keinginanku. Ternyata yang namanya berhubungan dengan orang bisa semengerikan ini, aku merasa bisa berhati hati dalam berhubungan sedangkan dengan dia aku sama sekali memperlihatkan celahku hingga dia bisa menguasaiku semau yang dia mau. 

Pada akhirnya karna dia menutupi semua masalahnya dengan baik, aku tak bisa berkontribusi dengan baik dalam membantunya. Selewat aku memikirkan betapa naif dan bodohnya diriku sampai tidak bisa membantunya walau hanya sedikit info yg kudapat dari nya. 

Ya karna dia juga tak mau dibantu, aku tak  mau memaksa dia untuk menerima bantuanku. 

Ketika obrolan kami sudah selesai dan aku bergegas pergi, aku menyimpulkan bahwa masih ada tembok tinggi diantara kami, tentunya tembok miliknya, bagaikan rumah, pintu ku selalu terbuka untuknya tetapi pintunya tidak terbuka untuku. 

Ini adalah hal yg buruk dalam suatu hubungan, tentu saja ini menurut pendapat pribadiku. Tapi nyatanya akupun melakukan hal yang sama kepada org lain, bahkan ke semua orang yang aku kenal, hanya saja aku membiarkan pintuku terbuka agar bisa dilihat oleh org lain, tetapi isi yang didalamnya...................

SETELAH AKU PERGI MENINGGALKANYA, DALAM perjalanan pulang aku sempat berpikir. Tembok diantara kami, apakah aku harus memaksnya untuk menghancurkanya atau tidak. 
Apa lebih baik aku membiarkan begitu saja karna merupakan keinginan dia, dan menunggu dia luluh kepadaku dan dia mulai menghilangkan temboknya kepadaku, 

Menunggu ya. Tidak buruk menurutku

Menindaklanjuti apakah aku bisa menghancurkan tembok miliknya dan agar aku bisa masuk kedalam dia. Atau agar dia mau mencurahkan isi hatinya kepadaku, agar aku dipercayai olehnya, agar aku menjadi org yg spesial bagi dirinya. Dan memaksanya untuk menjadikanku orang spesial bagi dirinya, 
Membuat dia berada pihaku.

Apakah aku bisa? 
Apakah aku mampu? 
Apakah aku mau? 

Aku dengan tegas menyatakan aku sangat bisa melakukanya, meski tidaklah mudah meluluhkan hati seseorang, aku akan mencoba berbagai cara, memaksanya, atau menggunakan trik tertentu, agar akhirnya dia mau menerima ku sebagai orang yg spesial.
Aku membayangkan akan seperti apa jadinya kalo aku benar benar melakukan hal tersebut, dan akan sangat menyenangkan melihat hasilnya,aku membayangkan seberapa kerenya diriku dihadapanya, fufufu

Bisakah aku melakukanya? Tentu

Kau tau caranya untuk meluluhkan hatinya agar bisa menerimamu, tapi kenapa tidak kau lakukan, kau sudah punya cara, metode dan lainnya, tetapi kenap kau tak melakukanya? 

L

Kenapa tak kulakukab? Apa untungnya bagiku

Ya kau benar, aku tau cara yg tepat untuk menghadapinya

Kenapa juga aku "harus" melakukanya. Jawaban sebelumnyapun sudah jelaskan
Kenapa juga aku "mau" melakukanya. 

Aku tak mau memberikan nasehat pada orang yang tak membutuhkan nasehat, 
Itu lah alasanku tidak melakukan apapun kepadanya. 
Jawaban yg dia berikan sudah menjadi alasan kenapa aku membiarkan dia begitu, 
Jawaban yangg tidak memuaskan membuatku mengurungkan niat untuk membantunya. 
Dan matanya tak terlihat sebuah tekad, hanyalah tatapan kosong dari orang yang sudah kehilangan arah,  
Aku tidak membantunya karna memang dia tak pantas mendapatkan bantuan dari ku.
Dengan kata lain. Aku mengetes dirinya, dan tak lolos tersebut. 

Karna langkah awal yang kulakukan sudah salah. Karna dari awal aku memang berniat menghiburnya, bukan untuk menjatuhkanya, karna yajg dihadapinya hanyalah hal kecil, sehingga aku tak bisa menjatuhkanya lebih terpuruk, 
Menghibur dirinya adalah hal yang salah dan dia tak membutuhkanya
Karna belum waktunya dia jatuh ke dasar, yang dia alami seperti sedang turun sedikit demi sedikit ke dasar, 
Aku menunggu dia sampe dasar barulang aku akan bertindak, bukan karna aku sudah merencanakan untuk membantunya, tapi karna aku secara tak  sadar akan membantunya, insting? Intuisi? Feeling? 

Aku ternyata sempat berpikir bahwa untuk terus mengawasinya, bagai mana dia akan maju dan berubah, 
Perjalanan dia akan ke arah mana, pencapaian apa yg akan dia lakukan, aku sedikit tertarik untuk melihatnya
Akankah lancar
Akanka suram ,dia dan segala teman temanya yang kece badai

Dan juga, sebenarnya perubahanya yg sangat aku ingin lihat, adalah apakah dia bisa mengubah patnernya ke arah yang lebih baik dan

 ### kisah romansa yg dia jalani ###
 
Atau tindakan yang dapat membuatku terkagum. 

Aku sangat menantikanya



## sangat ingin



Atau hanya perasaanku saja. 

Aku


Tunggu. Pada ahirnya emng hal ini menggangguku. Sial. Dia memang curang

Komentar

Another